Makassar, AlIsalamyaabunayya.Or.Id — Innalillahi wa inna ilahi rojiun. Satu lagi kader kader terbaik Hidayatullah itu berpulang ke pangkuan-Nya. Ustad Asih Subagyo, Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi DPP Hidayatullah. Beliau juga adalah peneliti senior di Hidayatullah Institut.
Ustad Asih Subagyo wafat di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, 17/12, pagi tadi, akibat serangan kanker Meiloma yang dideritanya. Kanker Meiloma adalah kanker darah yang menyerang sel sel plasma dalam sum-sum tulang.
Tidak ada jejak yang beliau tingalkan kecuali kebaikan. Salah satu testimoni kebaikan itu terucap dari Ustad Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, Anggota Dewan Pertimbangan DPP Hidayatullah.
“Beliau orang cerdas, energik, dan komitmen kelembagaannya sangat tinggi. Hidayatullah kehilangan salah seorang kader terbaiknya” Ungkap Ustad AQM via WA yang ditutup dengan emosi sedih.
Yang sangat menarik dari beliau adalah rutinitas membaca dan menulisnya yang tidak pernah berhenti. Disela-sela sakitnya, beliau sempatkan untuk membaca. Ustad Asih termasuk orang yang kutubuku. Bahkan kemana-mana, beliau harus membawa buku dan membacaranya. Entah di kereta, di mobil, di pesawat, dan hingga di rumah sakit.
Cerdas, beliau orang cerdas. Ide-idenya selalu membawa solusi. Dari sekian banyak persoalan, beliau ada saja ide dan gagasan sebagai jalan keluar.
Selain cerdas, beliau energik. Bagi saya beliau adalah orang yang sangat energik dan progressif. Setelah berfikir serius, pasti beliau sat set untuk melaksanakan ide dan gagasan itu.
Yang tidak bisa saya lupa adalah humorisnya. Ada-ada saja perbendaharaan cerita jenaka yang terlontar daru mulut beliau. Selain jenaka juga punya pesan moral. Pun kalau diskusi poligami, beliau ahlinya. Lengkap dengan argument jenaka dan rasionalnya.
Terakhir, yang saya bisa nilai dari beliau adalah totalitas perjuangannya berHidayatullah. Totalitas perjuangannya, yang sulit untuk bisa sama dengan orang lain.
Enerjik dan kecerdasaannya, serta kemampuan financialnya, beliau tuangkan di Hidayatullah hingga akhir hayat beliau. Di tengah sakitnya, tidak sama sekali keluhan. Seakan beliau hanya menganggap sakitnya hanya sekedar untuk beristirahat sesaat.
Bahkan, di sakitnya yang cukup panjang, beliau tetap mengisi materi Pelatihan Kepemipinan HI, meskipun hanya secara online. Meski sakit, semangat, enerjik, perjuangan, kekaderan beliau tidak pernah luntur. Totalitas untuk Hidayatullah tercinta ini, untuk perjuangan Islam ini.
Selamat jalan Ustad ku, semoga akan muncul kader-kader sehebat engkau, dan semoga Allah memberikan sorga terbaik untukmu (Sarmadani Karani)