Plot Twist Rinjani Antara Ibrah Dan Petaka “Ketika Langit Menutup, Wahyu Terbuka”

- Publisher

Kamis, 3 Juli 2025 - 11:14 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Disarikan dari munasabah rangkaian halaqah wustha ali bin abu thalib

 

Jejak dari Negeri Jauh

Ia datang dari Brasil, negeri di seberang samudra, seorang gadis muda bernama Juliana Marins, berusia 26 tahun. Dengan langkah ringan namun tekad besar, ia mendaki Gunung Rinjani, gunung agung di Lombok yang tak hanya menyimpan keindahan, tetapi juga ketegasan.

Juliana adalah pencari keheningan. Dalam catatan kecilnya tertulis:

“Aku ingin mendaki untuk mendengar alam, agar bisa mendengar diriku sendiri.”

Tak banyak yang ia tahu bahwa langkahnya menuju puncak Rinjani akan menjadi perjalanan terakhirnya di bumi.

 

Jurang Takdir dan Petaka

Pada 21 Juni 2025, setelah menyentuh puncak Rinjani, Juliana tergelincir di jalur curam dan sempit, jatuh ke dalam jurang sedalam 500–600 meter. Ia menghilang dalam sekejap mata.

Cuaca memburuk, kabut menebal, hujan turun mengguyur.

Pencarian dimulai. Namun medan berat dan cuaca ekstrem menghentikan setiap langkah penyelamatan.

 

Agam Rinjani: Jiwa dari Lereng

Di saat banyak yang menyerah, satu nama bangkit: Agam Rinjani, pemandu dan porter lokal yang telah turun-naik Rinjani ratusan kali.

Agam bukan siapa-siapa di mata dunia. Tapi dalam diam, ia adalah pahlawan bagi banyak jiwa yang pernah tersesat, jatuh, bahkan hilang.

Baca Juga :  Nahkoda Baru Pramuka Hidayatullah Sul Sel Kak Habib Terpilih Syuroh

“Dia pendaki, tamu Rinjani. Kalau ada yang jatuh, kita harus cari sampai ketemu,” ujar Agam sambil memanggul tali dan logistik.

Selama tiga hari, Agam menyusuri lereng, menggantungkan nyawa di tali, dan memohon keselamatan di tiap langkah.

 

Penemuan dan Renungan

Pada 24 Juni, jasad Juliana akhirnya ditemukan. Tubuhnya terbaring damai di antara bebatuan curam, wajahnya tenang, seolah tengah tidur.

Agam menunduk, menyeka air mata:

“Mungkin Rinjani tak membunuhnya. Mungkin Tuhan hanya ingin menjemputnya dengan cara paling senyap.”

 

Ibrah dan Wahyu: Dialog Antara Duka dan Cahaya

Musibah ini bukan hanya petaka, tetapi ibrah yang bercahaya. Dan di dalam Al-Qur’an, Allah telah memberi peringatan dan pelajaran bagi siapa yang mau merenung:

  1. Tentang Kematian yang Tak Pernah Bisa Ditebak

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”
(QS. Ali Imran: 185)

Juliana datang untuk hidup dalam alam, namun ia wafat dalam pelukan bumi. Allah mengingatkan bahwa kematian bukan hanya milik orang tua atau sakit. Ia bisa datang di puncak indah yang kita rindukan.

  1. Tentang Kuasa Allah atas Langit dan Cuaca

“Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit…”
(QS. Ar-Ra’d: 12)

Cuaca yang tiba-tiba berubah bukan sekadar fenomena. Ia adalah tanda. Ketika kabut menutup pencarian, dan hujan menghalangi penyelamatan, itu bukan semata ujian alam, tapi pertanda kekuasaan Tuhan atas segala peristiwa.

  1. Tentang Kemanusiaan yang Tak Mengenal Bangsa
Baca Juga :  Pembukaan Raker KKM-MI 2024 Makassar, ini pesan Kakandep

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara…”
(QS. Al-Hujurat: 10)

Agam tak pernah mengenal Juliana. Tapi ia mencarinya seperti mencari anaknya sendiri. Inilah ukhuwah insaniyyah, persaudaraan atas dasar kemanusiaan—nilai Qur’ani yang lahir dari hati yang bersih.

  1. Tentang Tugas Manusia Menjaga Amanah Kehidupan

“Barangsiapa menyelamatkan satu nyawa, maka seakan-akan ia telah menyelamatkan seluruh manusia.”
(QS. Al-Ma’idah: 32)

Meski Juliana telah wafat, usaha Agam dan tim relawan untuk menemukan dan memulangkannya adalah amal mulia. Ia menjaga kehormatan orang yang telah tiada.

 

Gunung yang Memberi Pelajaran

Kini, Agam masih naik-turun Rinjani. Ia sering bercerita kepada pendaki:

“Rinjani bukan cuma soal puncak. Kadang, ia jadi tempat orang kembali kepada Tuhan. Tapi jangan takut… yang penting kita naik dengan niat baik, dan pulang dengan hati yang bersih.”

Dan barangkali, dalam kabut senja di lereng gunung, nama Juliana Marins akan tetap berbisik:

“Aku tidak mati sia-sia. Aku mati untuk menghidupkan kesadaran banyak orang.”

 

 

Berita Terkait

Gelar Sensasi Unik, MIS Asadiyah 170 Layang Laksanakan Perpisahan Bersama Pemadam
Milad Ke-4 BTH Cabang Makassar Gelar Open House
Peringati Hari Bumi Ke 55, Pokjawas Madrasah Makassar Tanam Pohon Matoa di Manggala
Syawalan 1446 H, Mengokohkan Komitmen Kepemimpinan Dalam Organisasi
Jelang Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon, KKMI Kerahkan 70 Madrasah se Kota Makassar
Kepala MI se Kota Makassar Berbagi Bahagia di Bulan Ramadan 1446 H
2025, Pokjawas Kemenag Makassar Optimalkan Pendampingan
Hidayatullah Makassar Bersama BMH Launching MQH Beexpert ke II
Berita ini 19 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 3 Juli 2025 - 11:14 WITA

Plot Twist Rinjani Antara Ibrah Dan Petaka “Ketika Langit Menutup, Wahyu Terbuka”

Kamis, 5 Juni 2025 - 18:18 WITA

Gelar Sensasi Unik, MIS Asadiyah 170 Layang Laksanakan Perpisahan Bersama Pemadam

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:14 WITA

Milad Ke-4 BTH Cabang Makassar Gelar Open House

Selasa, 22 April 2025 - 21:26 WITA

Peringati Hari Bumi Ke 55, Pokjawas Madrasah Makassar Tanam Pohon Matoa di Manggala

Kamis, 17 April 2025 - 22:05 WITA

Jelang Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon, KKMI Kerahkan 70 Madrasah se Kota Makassar

Kamis, 10 April 2025 - 13:19 WITA

34 Vidio Bersama Al Ustadz Dr Nasrullah Sapa Lc MM

Minggu, 6 April 2025 - 18:21 WITA

Syawal Momentum Penajam Tata Kelola Energi Lailatul Qadar, Spirit Badar dan Kader

Rabu, 2 April 2025 - 07:42 WITA

Merindukan Romadhon!

Berita Terbaru

Dakwah

Halaqoh: Pendakian Menuju Puncak Ridho Allah

Kamis, 3 Jul 2025 - 12:01 WITA

Berita

Milad Ke-4 BTH Cabang Makassar Gelar Open House

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:14 WITA