Oleh : Sarmadani Karani (Ketua DPD Hidayatullah Sidrap)
Makassar, AlIslamyaabunaya.Or.Id — “Ust Khairil meninggal sktr 5 menit lalu”, Isi WA Ustad Aziz Qahhar Mudzakkar (AQM). Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Berita itu masuk pukul 23.34, Kamis, 10/10/2024, di WAG Hidayatullah Sulsel. Spontan ucapan belasungkawa menghadiri grup wa malam itu. Salah seorang senior Hidayatullah, Pendiri Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar, itu telah berpulang.
Saya, yang malam itu terjaga karena berniat menonton Indonesia vs Bahrain. Begitu baca wa dari Ustad AQM tersebut, tanpa pikir panjang, saya langsung pesan tiket. Dapat tiket 07.00 pagi. Bagi saya, itulah jalur yg paling memungkinkan cepat. Naik motor ke Makassar dan terbang dari Makassar ke Kendari.
Jam 12.43 malam, saya gas motor dari Sidrap ke Makassar. Alhamdulilah tiba pas adzan shubuh di Kampus Al Bayan Hidayatullah Makassar. “Saya harus hadir dipemakaman beliau” gumanku dalam hati.
Ustad Khairil Baits yang saya kenal adalah sosok yang begitu sederhana, bijaksana, rendah hati dan penuh wibawa. Saya mengenal beliau saat masuk di Al Bayan Hidayatullah Makassar di akhir tahun 1999.
Waktu itu, Ustad Khairil Baits menjabat sebagai Ketua Yayasan Al Bayan. Beliau menggantikan posisi Ustad AQM yang saat itu ditarik ke Jakarta sebagai anggota Dewan Ekskutif Hidayatullah.
Selama menjadi Ketua Yayasan Al Bayan, beliau tidak punya motor, bahkan beliau tidak bisa mengendarai sepeda motor. Pun juga dengan mobil, tidak pernah beliau menyetir mobil sendiri. Harus ada driver yang menemani beliau. Waktu itu Yayasan Al Bayan baru memiliki sebuah mobil Carry warna merah dengan Plat DD 337 SB.
Dalam memimpin, beliau sangat bijaksana. Ustad Khairil sangat menjaga ukhuwah antara jamaah. Beliau sangat tidak ingin bermasalah dalam urusan persaudaraan. Kadang, beliau lebih baik mengalah, daripada harus berseteru dengan saudara seiman dan seperjuangannya.
Selain sederhana, bijaksana, beliau juga kuat dalam ibadah. Khusus nya sholat lail. Saya sangat berkesan saat awal-awal Al Bayan, disaat beliau menjadi imam sholat malam. Ada suara dan lagunya yang khas, saat beliau membaca surah As Shaf atau Al Jumuah. Berat untuk menarasikannya.
Sekitar dua tahun di Makassar, beliau di pindahtugaskan ke Hidayatullah Kendari. Yang saya tau, alumni Fakultas Perikanan Unhas ini pernah lama menjadi Ketua Departemen Organisi DPP Hidayatullah. Terakhir amanah beliau adalah sebagai Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah.
Di Hidayatullah Makassar, beliau adalah salah seorang pendiri. Bersama Ustad AQM dan Ustad Abdul Majid. Beliau bertiga ini menjadi tiga serangkai yang tidak terpisahkan. Sama sama di Unhas, satu fakultas, satu asrama. Sama sama juga di HMI dan sama-sama mendirikan Yayasan Al Bayan, Hidayatullah Makassar.
Dari cerita almarhum, Ustad Khairil sangat dekat dengan Ustad AQM. Bahkan bisa dikata, kadang satu pakaian dipakai bersama. “Hanya sikat gigi yang tidak dipakai bersama” ungkapnya suatu ketika.
Beliau mengenal Ustad AQM saat mahasiswa baru di Unhas. Mereka berkenalan saat pendaftaran ulang digelar. Dan sejak itu beliau selalu bersama.
Di ujung hayatnya, beliau di dampingi sahabat dan sekaligus walijahnya, Ustad Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar.¹
Ustad Khairil Baits, pria kelahiran Pinrang 60 tahun silam ini, menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Bahtera Mas, Kendari. Sulawesi Tenggara, akibat penyakit ginjal dan asam urat yang dideritanya. Beliau meninggal kan seorang isteri, 4 putra dan 2 orang putri serta 8 cucu.
Selamat jalan Ustadku, orangtua kami di Hidayatullah. Insyaallah surga tempat kembalimu