Makassar, AlIslamYaabunayya.Or.Id — Semakin tua usia kita semakin memerlukan interaksi dengan banyak orang. Terlebih bagi kita yang hanya memiliki sangat sedikit bekal atau bahkan hampir-hampir tak ada, maka kita memerlukan lebih banyak lagi lingkaran yang bermanfaat untuk menjadi ladang amal shalih kita.
Tak ada yang bermanfaat sesudah kita mati. Terhenti sudah pahala ‘amal dan ‘ibadah kita, kecuali shadaqah jariyah dan ilmu manfaat. Maka meluaskan interaksi sangat diperlukan agar kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengajarkan atau sekurangnya menyebarkan ilmu yang manfaat kepada mereka. Lebih utama lagi jika melalui lingkar-lingkar pergaulan yang meluas itu, meskipun jangkauan kita terasa sangat pendek, kita dapat pula melakukan amal jariyah, sekecil apa pun bentuknya.
Dari Abu Hurairah radhiyaLlahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikannya setelah ia mati adalah, 𝙞𝙡𝙢𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙞𝙖 𝙖𝙟𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣, anak shalih yang ia tinggalkan, mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup, semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
Sumber : FB Mohammad Fauzil Adhim