◾Oleh : Mohammad Fauzil Adhim (Penulis buku best seller, Pakar Parenting)
Makassar, AlIslamyaabunayya.Or.Id — 20 ribu kata sehari??? Itu salah satu pembodohan populer yang masih sangat banyak terjadi hingga hari ini, baik mengatasnamakan fithrah maupun otak. Disebut mengatasnamakan karena sama sekali bukan termasuk fithrah. Kalaupun disebut bawaan, paling mendekati kalau disebut thabi’ah. Itu pun masih perlu dalil yang kuat.
Perempuan berbicara 20.000 kata sehari (dulu sempat populer 24.000 – 50.000 kata sehari), sementara laki-laki berbicara 7 ribu kata sehari, itu hanyalah satu di antara dongeng yang dikemas seolah-olah ilmiah. Noam Chomsky mengistilahkan “play acting at science” alias berlagak agar terkesan benar-benar ilmiah, meskipun sama sekali tidak ilmiah.
Penggunaan angka-angka fantastis bukanlah hal baru. Sempat populer bahwa perempuan berbicara 16.000 – 21.000 kata sehari. Yang lainnya, mengatasnamakan fithrah maupun otak, ada pula yang menyebar dongeng bahwa perempuan berbicara 24 ribu – 50 ribu kata sehari (sekarang sudah jarang disebut). Bahkan sebagian ustadz pun ikut-ikutan karena terpengaruh qil wa qal (“katanya konon katanya” yang tidak jelas dasar ilmiahnya). Ada yang bahkan mencari-carikan ayat untuk pembenaran, padahal ayat tersebut bukan dalil yang mensifati perempuan sangat banyak bicara. Sedemikian heboh sehingga kalau ada perempuan yang sangat menjaga lisannya untuk tidak banyak bicara seolah tidak normal.
Banyak berbicara ataupun sedikit berbicara tidak masalah, selama keduanya dalam kebaikan. Sama sekali tidak benar dan bohong besar kalau ada yang mengatakan bahwa perempuan yang sedikit bicara bermasalah kesehatan mentalnya, baik menggunakan ungkapan minder, beban mental ataupun menggunakan istilah jalanan: introvert.
Perempuan yang beriman tentu memperhatikan apa yang diperintahkan agama dan menjauhi apa yang dibenci. Salah satu yang dibenci oleh agama kita ini adalah ats-tsartsarun (الثَّرْثَارُونَ).
Ats-tsartsarun (الثَّرْثَارُونَ). Siapa ini? Orang yang banyak bicara, suka mendominasi pembicaraan dan menyerobot pembicaraan orang lain, seolah-olah tidak boleh ada yang berbicara selain dirinya.
Perempuan beriman akan berusaha berbicara yang baik atau diam, sebagaimana tuntunan Nabi ﷺ yang ditaatinya:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Atas permintaan beberapa pembaca, saya mengunggah komentar saya terhadap pertanyaan yang muncul dalam bentuk unggahan status untuk memudahkan berbagi tulisan. Semoga bermanfaat dan barakah.