Foto : Documentasi halaqah wustha Ali bin Abu Thalib Hidayatullah Sulawesi Selatan
Makassar, AlIslamyaabunayya.Or.Id — Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk bergembira dan berbahagia dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah Dia berikan kepada manusia, berupa ilmu dan amal shalih. Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa keduanya itu lebih baik dari apa yang telah kita kumpulkan. Allah Ta’ala berfirman,
” Katakanlah, ’Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’” (QS. Yunus [10]: 58)
Darul Arqam, sebuah rumah yang menjadi pusat pendidikan para sahabat pada awal Islam. Rumah ini sangat berarti bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga seakan sebagai ganti dan imbalan bagi Arqam kelak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya sebuah rumah kepadanya di Madinah
Berkat bimbingan langsung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pertolongan dari Allah Ta’ala, rumah Arqam ini telah menelorkan orang-orang besar yang dikenal dalam sejarah. Rumah ini akan senantiasa menjadi kebanggaan bagi al Arqam dan dia akan tetap merasakan hasilnya sampai hari kiamat, amiin
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Radhiyallahu anhum tinggal di rumah ini sampai Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada ‘Umar bin al Khaththab. Masuknya ‘Umar bin al Khaththab ke barisan Islam, adalah berkat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meminta kepada Allah agar memberikan hidayah kepada ‘Umar bin al Khaththab, atau Abu Jahl.
Doa yang dipanjatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Rabu, ternyata dikabulkan Allah pada keesokan harinya, yaitu Allah membukakan hidayah dan memilih ‘Umar untuk masuk Islam. Lalu kaum Muslimin pun mulai menampakkan agama dan ibadah mereka, dan membuat kaum musyrik Quraisy menjadi geram
Al Arqam bin Abil Arqam termasuk di antara orang-orang yang pertama menerima Islam. Dia juga termasuk memiliki jasa dalam penyebaran Islam pada masa-masa awal. Rumahnya yang terletak di dekat bukit Shafa dijadikan sebagai tempat berkumpulnya kaum Muslimin.
Di rumah Arqam ini, kaum Muslimin beribadah kepada Allah Ta’ala secara rahasia. Di rumah itu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya secara rutin, sehingga tak mustahil segera terbentuk pribadi-pribadi tangguh, yang menganggap ringan terhadap semua penderitaan yang menimpa mereka. yang tidak lain demi mempertahankan din (agama) dan aqidah. Pada masa itu, setiap orang yang ingin memeluk Islam maka ia akan mendatangi rumah ini secara sembunyi-sembunyi karena takut mendapat gangguan dari Quraisy
Allahuyarham Abdullah Said, pendiri Hidayatullah. Beliau juga sering mengingatkan pesan menukilkan sabda Rasulullah, “ Barangsiapa yang bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayah-Nya, tidak bertambah dekat kepada Allah. Maka dia telah bertambah jauh dari-Nya.”
Sejarah mencatat, Rasulullah mengawali halaqah dalam pembinaan para sahabat sejak di rumah al-Arqam bin Abi alArqam. Halaqah yang dimaksud adalah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang yang duduk melingkar untuk menuntut ilmu dan mempelajari agama
Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu.
Imam Ahmad mengatakan “ Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu
GEMBIRA BERHALAQAH
Meluangkan waktu berhalaqah mengkaji firman-firman Allah Ta’ala dan segala rangkaiannya merupakan majelis ilmu sudah tidak memiliki daya magnet yang bisa memikat umat Islam dibanding lebih senang dengan berbagai rutinitas duniawi belaka, menyia-nyiakan waktu bersama teman-teman dan media social
Yang kemudian menjadi faktor yang menyebabkan krisis ilmu pada kader Islam. Identitas Muslim berTauhid semakin jauh dari nilai-nilai ajaran yang Haq dengan kata lain Islam KTP. Salah satunya adalah karena umat Islam belum mengetahui keutamaan dan keuntungan, mempelajari ilmu agama
Memang, fitrah manusia bertindak sesuai asas keuntungan faktanya kalau kita tidak mengetahui keuntungan atau manfaat suatu hal maka kita tidak akan melakukan hal itu. Begitu juga dengan berhalaqah semakin kita belajar dan mengetahui keuntungan-keuntungan maka kita akan semakin semangat menjalaninya. Inilah yang seharusnya kita sadari mengetahui keutamaan dan keuntungan berhalaqah
Para ulama berkata siapa yang paling mengenal Allah Ta’ala, dialah yang paling takut pada Allah, sehingga kegembiraan para penutut ilmu dalam berhalaqah tertanam kuat pada dirinya bahwa orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya
Allah Ta’ala berfirman: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah 58:11)
Hal ini juga menyebabkan dimudahkannya jalan menuju Surga, ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk bergembira dan berbahagia dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah Dia berikan kepada manusia, berupa ilmu dan amal shalih. Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa keduanya itu lebih baik dari apa yang telah kita kumpulkan. Allah Ta’ala berfirman,
“ Katakanlah, ’Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS.Yunus 10 : 58)
BAHAGIA BERHALAQAH
Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia dan berbahagia, Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki harta melipah, memiliki rumah real estate dan dapat melakukan perjalan wisata keluar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “bahagia” artinya keadaan atau perasaan senang dan tenteram, serta bebas dari segala yang menyusahkan
Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat hubungannya dengan kejiwaan seseorang
Namun, apakah betul seperti itu cara meraih bahagia dengan tepat yang merupakan harapan di dunia dan akhirat ?
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, ”Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan jiwa, ruh, dan hati. Kebahagiaan itu tidak lain adalah kebahagiaan ilmu (agama) yang bermanfaat dan buah-buahnya Karena sesungguhnya itulah kebahagiaan yang abadi dalam seluruh keadaan
Kebahagiaan ilmulah yang menemani seorang hamba dalam seluruh perjalanan hidupnya di tiga negeri: negeri dunia, negeri barzakh (alam kubur), dan negeri akhirat.” (Al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 110-111)
Kita semua pasti menginginkan kebahagiaan. Dan kita tentu akan berbuat apa saja demi meraih kebahagiaan itu, meskipun harus dengan mengorbankan apa saja, termasuk mengeluarkan harta dalam jumlah yang sangat banyak.
Tentu kita akan sangat bersedih jika hidup kita tidak bahagia sedangkan Ilmu agama adalah sumber kebahagiaa. Allah Ta’ala berfirman, “ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97)
Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan memiliki istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak kebahagiaan adalah di dalam hati
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena berhalaqah, bermajelis ilmu merupakan jalan yang mengantarkan kita dengan izin Allah Ta’ala menuju Surga, maka gambaran tentang Surga akan dirasakan oleh seorang penuntut ilmu ketika dia berada di Halaqah didunia yang merupakan taman-taman Surga
Wallahu A’lam